Sabtu, 19 November 2011

Jus Ceri Dapat Meningkatkan Kualitas Tidur

Di balik bentuknya yang kecil, ternyata buah ceri memiliki beberapa manfaaat. Salah satunya adalah untuk membantu memperbaiki kualitas dan juga durasi tidur malam sehingga seseorang bisa menjalani aktivitasnya dengan baik di siang hari. 
Para ilmuwan dari School of Biological Sciences, Universitas Northumbria mengungkapkan jus ceri dapat meningkatkan kualitas tidur. Para peneliti merekomendasikan jus ceri bisa meningkatkan konsentrasi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Dengan meningkatnya kualitas tidur, maka saat bangun tubuh akan teras lebih segar dan siap menjalani kegiatan.
Seperti dikutip dari Genius Beauty, untuk melakukan penelitian tersebut, peneliti mengumpulkan 20 orang relawan. Selama sepekan, mereka mengosumsi 30 mili liter jus ceri atau jus lain setiap harinya.
Untuk mengevaluasi tingkat melatonin, para ahli mengumpulkan sampel urin sebelum dan setelah percobaan. Selain itu, para relawan juga mengenakan jam tangan pelacakan sensor siklus tidur dan terjaga.
Dari hasil itu, ditemukan bahwa para peserta yang minum jus ceri mengalami peningkatan 15 sampai dengan 16 persen konsentrasi melatonin dalam urin. Mereka juga tidur 25 menit lebih lama, dan kualitas tidur meningkat 5 sampai dengan 6 persen.
Para relawan yang mengosumi jus ceri mengatakan mereka tidak mengantuk pada siang harinya. Sebelumnya, para ilmuwan juga telah menemukan manfaat lain yang menyenangkan dari jus ceri. Yakni kemampuan untuk mengurangi nyeri otot. 
Dengan fakta tersebut, sepertinya tidak salah untuk menambahkan sedikit jus ceri yang segar ini dalam menu diet harian Anda.


VIVAnews

Kesepian: Lebih Sering Terbangun di Malam Hari

MedBase  TokoBase

Banyak orang sering mengeluh mengalami kesulitan tidur atau menderita insomnia. Dan mereka merasa tersiksa karena tak bisa tidur nyenyak. Lantas, apakah yang menyebabkan insomnia pada seseorang?

Dokter di Amerika percaya bahwa kesepian merupakan salah satu sebab yang menjadikan seseorang mengalami kesulitan tidur nyenyak. Para ilmuwan yang dipimpin oleh Lianne Kurina dari Universitas Chicago mewawancarai 95 warga di negara bagian di AS, South Dakota.

Mereka memberikan sejumlah pertanyaan kepada para relawan yang terkait dengan kesepian, kecemasan, depresi, dan juga stres. Para peneliti meminta kepada relawan untuk subyektif dalam mengevaluasi kualitas tidur dan mengantuk di siang hari. Rata-rata usia relawan sekitar 40 tahun.

Seperti dikutip dari GeniusBeauty, selama sepekan, seluruh relawan mengenakan gelang khusus di pergelangan tangan mereka untuk mengukur durasi tidur dan perubahan fase tersebut.

Dan dari hasil tersebut, diketahui para relawan yang merasa kesepian, lebih sering terbangun di malam hari daripada relawan lainnya. Frekuensi terbangun biasanya tiba-tiba secara langsung tergantung pada kekuatan perasaan kesepian yang dihadapi.

Lantas, bagaimana untuk mengatasinya? Berkomunikasi dengan teman, mencari teman baru, dan tentunya jangan dilupakan, adalah untuk tetap menjaga komunikasi dengan keluarga dan kerabat. Hal ini dianggap bisa membantu menghilangkan rasa kesepian dan tidak membuat seseorang merasa sendirian.

Di samping itu, mengunjungi tempat-tempat di mana orang bisa bertemu orang-orang dengan minat yang sama seperti klub kebugaran, kelas memasak atau bisa juga memiliki hewan peliharaan. Dengan begitu Anda tidak akan merasa sendiri. (adi)

VIVAnews

Sindrom Patah Hati

MedBase | TokoBase

Baik pria maupun wanita tentu tidak mau merasakan patah hati. Sayangnya menurut penelitian, wanitalah yang justru sembilan kali lebih berisiko mengalami sindrom patah hati.

Apa itu sindrom patah hati? Penelitian menunjukkan, trauma emosional atau rasa shock bisa memicu gejala serang jantung atau masalah jantung lainnya. Misalnya saja, wanita yang suaminya meninggal, bisa membuatnya stres sehingga jantungnya bekerja lebih berat dan bisa tiba-tiba tidak berfungsi.

Dr Abhishek Deshmukh seorang ahli jantung dari Universitas Arkansas, Amerika Serikat mempelajari fenomena tersebut. Dia sebelumnya sudah sering merawat wanita yang mengalami sindrom patah hati.

Seperti dikutip Daily Mail, berdasarkan data di 1.000 rumah sakit di Amerika yang dikumpulkan Deshmukh, ada 6.229 kasus sindrom patah hati ini. Dari ribuan tersebut, hanya 67 pria mengalaminya.

Dari koferensi American Heart Association juga terungkap, wanita yang usianya di bawah 55 tahun 9,5 kali lebih berisiko menderita sindrom patah hati ketimbang pria. Sedangkan pada wanita di atas 55 tahun, tiga kali lebih berisiko ketimbang pria.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kenapa wanita lebih rentan terkena sindrom tersebut. Namun peneliti menduga hormon seks berperan dalam hal ini, sehingga pria lebih mudah mengatasi stresnya.

Wolipop